Minggu, 22 Juni 2008

Cara menjadi guru yang baik

Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.

Pertama. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.

Kedua. Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda.
Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.


Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas. Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.

Keempat. Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emasinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.

Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil. Keenam. Memiliki rasa malu dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.

Ketujuh. Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj berlalu.”

Kedelapan. Tidak sombong.Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa.

Kesembilan. Berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.

Kesepuluh. Jadikan murid sebagai teman didalam mengajar sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan relax, sehingga siswa tidak menganggap guru sebagai seseorang yang harus ditakuti.

Kesebelas. Jangan pernah mengeluarkan ancaman kepada siswa dengan alasan untuk lebih memotivasi siswa...karena sebaliknya akan membuat siswa menjadi down.

Acara Pelepasan Kanaan Banjarmasin

Akhirnya siswa/i Kanaan Banjarmasin kelas IX dan XII telah berhasil menerima hasil ujian UAN 2008 yang telah mereka tempuh...memang masih belum 100% lulus tetapi sudah sangat memuaskan bagi saya selaku pengajar di sekolah Kanaan Banjarmasin...Setelah sekian lama Kami berjuang untuk mempersiapkan siswa/i didalam menghadapi UAN, sekarang Kami tinggal memetik hasil yang telah kami tanam...Puji Tuhan!!!

Acara pelepasan diadakan tahun 2008 ini dengan tujuan agar siswa/i dapat memperoleh hak nya sebagai siswa/i untuk merasakan suasana Wisuda yang hanya akan mereka peroleh saat kuliah nanti. Acara pelepasan SMA maupun SMP berlangsung dengan sukses dan hikmat..tampak wajah penuh suka cita pada mereka...salah satu sesi acara yang bagi saya sangat berkesan adalah PENGHORMATAN KEPADA ORANG TUA DAN GURU. Disini siswa/i diminta untuk memberikan penghormatan dan mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan guru.
Saya sebagai guru sungguh merasa bangga melihat mereka yang dulu masih kecil - kecil..sekarang sudah tumbuh menjadi remaja - remaja yang cantik dan tampan. Sebagian siswa/i akan melanjutkan pendidikan di luar kota seperti jakarta, surabaya, dan sebagainya. Ingatlah bahwa untuk menjadi pintar dan pandai tidak diraih dengan mudah..,melainkan harus dengan kerja keras..oleh sebab itu tingkatkan dan kembangkanlah belajar kalian..sebab masa depan ada ditangan kalian sendiri. Jangan yang paling penting adalah " JANGAN PERNAH BELAJAR TANPA MEMOHON PERTOLONGAN DARI TUHAN "

Kamis, 12 Juni 2008

Sekolah Jadi Lahan Bisnis

Sekolah Jadi Lahan Bisnis
Ditulis oleh Agnes CyberSchool
Thursday, 01 March 2007

SAAT ini, sekolah yang cenderung dijadikan lahan bisnis semakin banyak. Rentangnya pun semakin lebar, mulai dari playgroup sampai pendidikan perguruan tinggi. Trend beriklan sekolah tidak ubahnya sepeprti iklan produk yang sering kita lihat di layar kaca atau seperti produk kebutuhan sehari-hari yang dijual di supermarket. Cenderung gamblang dan tanpa tedeng aling-aling. Meski ada juga yang masih ''malu-malu''. Bersembunyi di balik etika dan misi suci ''mencerdaskan kehidupan bangsa''.

Tetapi apa yang kemudian terjadi? Kita tidak mencoreng arang atau memojokkan, tetapi begitulah kenyataannya. Memang, tidak semua lembaga pendidikan cenderung mengelola lembaganya seperti perusahaan yang selalu ingin profit. Masih banyak juga yang berada di jalur yang benar, kemudian menghasilkan lulusan yang mumpuni dan diterima pasar tenaga kerja.

Namun, selain persoalan di atas, ada satu fakta lagi yang memang sulit dibantah yakni biaya pendidikan kita memang mahal. Lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Upaya pemerintah, yang menyadari dan melakukan langkah terobosan seperti BOS, dinilai banyak pihak tidak terlalu banyak membantu. Walau harus diakui, keberadaan BOS di satu sisi menolong, tetapi toh tidak banyak membantu. Apalagi, di tengah situasi sulit seperti saat ini, biaya pendidikan yang mahal semakin menambah berat beban rakyat.

Lalu solusinya bagaimana? Pemerintah telah meluncurkan BOS. Ekspektasi rakyat, tentu agar dana itu tidak disalahgunakan. Selain itu, pemerintah juga diminta menambah subsidi, terutama di pendidikan dasar dan menengah karena menyangkut wajib belajar sembilan tahun.

Kalau kemudian kita masih melihat kecenderungan beberapa lembaga pendidikan lebih menampakkan wajah perusahaan, tentu kita kembalikan hal ini kepada pemerintah sebagai regulator dan lembaga itu sendiri. Sebagai regulator, pemerintah tentu mempunyai kewenangan untuk menegur dan mengarahkan. Sedangkan lembaga itu sendiri diingatkan bahwa mereka punya tanggung jawab sosial dan moral dalam memajukan pendidikan di negeri ini, bukan semata-mata mengejar keuntungan.

Dengan demikian, semua pihak mempunyai tanggung jawab terhadap mutu anak didik yang notabene merupakan generasi penerus untuk menggerakkan roda kemajuan negeri ini. Kita tentu tidak ingin melihat anak usia sekolah tidak bisa melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya, dipaksa putus sekolah karena himpitan ekonomi dan sebab-sebab lain. Atau kita juga tidak ingin karena mutu guru yang jelek, mutu sekolah yang rendah akan menghasilkan output tidak bertanggung jawab yang justru menjadi beban di masyarakat.

Apa pun persoalannya, sesungguhnya soal pendidikan merupakan sebuah masalah besar. Di satu sisi pemerintah mewacanakan anggaran pendidikan yang begitu tinggi, sementara di sisi lain faktanya berbicara lain.

Selain itu, dari dulu kita juga berharap negeri ini punya cetak biru pendidikan yang komprehensif. Artinya, punya satu arahan baku sehingga tidak selalu berganti-ganti kebijakan. Ungkapan ganti menteri ganti kebijakan, tentu tidak kita inginkan lagi. Terlalu sering dunia pendidikan kita dijadikan kelinci percobaan yang ujung-ujungnya bukan malah mengarah ke perbaikan mutu, namun justru makin menjauhkannya sehingga kalah jauh dibandingkan dengan kualitas pendidikan negara tetangga.

Sekolah bisnis dan bisnis sekolah, mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Tetapi begitulah, yang disebut terakhir itulah yang kini banyak kita lihat. Bukannya membantu mencerdaskan, tetapi lebih banyak membuat dahi berkerut ketika bisnis sekolah itu membuat kantong para orangtua bolong.

Sumber : Bali Post

Kritik diri sendiri sebelum mengkritik orang lain

sifat ingin menang sendiri mungkin sudah bukan hal biasa didalam kehidupan sehari-hari, yang paling nyata adalah bagaimana seseorang hanya bisa menyalahkan orang lain yang dianggapnya salah tanpa mau memikirkan apakah dirinya sendiri yang salah. semakin tinggi manusia memiliki jabatan dan gelar akan membuat manusia tersebut menjadi sombong dan angkuh. Padahal dirinya sendiri belum tentu suka apabila ditegur apalagi sampai disalahkan.
Pada prinsipnya manusia memang tidak suka dikritik, tapi yang terpenting bagaimana kita mau mengkoreksi diri kita terhadap kritik tersebut..bukannya malah mengkritik balik. memang susah menjadi pendengar yang baik akan tetapi sangat mudah menjadi pengkritik. Untuk dapat menerima suatu kritik diperlukan kesabaran didalam diri kita,...Tuhan dengan penuh kesabaran dan penuh kasih mau memaafkan manusia yang bersalah kepadanya..kenapa kita sebagai manusia tidak dapat melakukan pada sesama kita..sedangkan Tuhan yang maha kuasa saja mau melakukannya.
Marilah kita bersama-sama untuk belajar mengkritik diri kita sendiri....sebelum kita berani mengkritik dan menyalahkan orang lain.