Rabu, 28 Mei 2008

Banjarmasin: Kota Seribu Sungai, Seribu Masalah

WALHI : Permukiman tepi sungai Banjarmasin "Kota Seribu Sungai" Kalimantan Selatan kini semakin tua dan semakin semrawut. Selain disebabkan belum jelasnya orientasi tata ruang kota, juga disebabkan minimnya perhatian pemerintah terhadap arti pentingnya bantaran sungai. Bahkan, pemerintah sendiri ikut-ikutan menguruk bantaran Sungai Martapura sampai 30 meter ke arah badan sungai.

Pemandangan di permukiman penduduk di sepanjang Sungai Barito dan Sungai Martapura kini semakin beranjak menjadi kumuh. Beberapa rumah tua bahkan sudah miring dan rawan roboh, sehingga membahayakan penghuni dan tetangganya. Di pinggir-pinggir sungai kecil lainnya permukiman penduduk yang mayoritas berbahan kayu sudah berjubel layaknya permukiman tua di bantaran sungai Jakarta. Lanting- lanting (rumah terapung) yang menjadi ciri khas budaya dan bisa menarik wisatawan itu kini semakin tak tertata dan tak sedap dipandang mata (Kompas, 2003). Air sungainya berwarna coklat dan kadang kehitam-hitaman. Enceng gondok, ranting, dahan kayu, dan pelbagai jenis sampah serta bangkai pelbagai jenis binatang yang berserakan di sungai itu, makin menambah buruknya kualitas air. Belum lagi soal pendangkalan dan kehilangan garis pantai sehingga sungai menjadi pendek dan menyempit.

Masyarakat sekitar mengeluhkan buruknya kualitas air sungai tersebut, juga akibat berbagai limbah pabrik yang beroperasi di tepi sungai. Pelebaran Jalan Piere Tendean dan Jalan Sudirman telah memakan badan sungai Martapura. Di antara ratusan anak-anak sungai Martapura terdapat puluhan yang cuma tinggal nama, sungainya sudah berubah menjadi permukiman, badan jalan, bangunan kantor, dan peruntukan lainnya.

Sungai yang hilang antara lain Sungai A Yani di kiri-kanan Jalan Jenderal A Yani, sepanjang 15 kilometer lebar 15 meter sudah menjadi badan jalan (Baldi Fauzi, Kompas). Masalah pengerukan alur Barito sepanjang 14 kilometer, lebar 55 meter, dari muara Sungai Barito menuju dermaga pelabuhan yang memakan anggaran Rp 6-7 milyar per tahun lantaran endapan lumpurnya sangat tinggi 2,5 juta-3 juta meter kubik per tahun sampai saat ini belum juga tuntas dan selesai. Hal ini jelas mengganggu arus transportasi dan distribusi barang ke dan dari Banjarmasin. Dan persoalan pengerukan sungai Barito tersebut, sampai saat ini masih menjadi polemik dan masalah yang serius yang melibatkan para pejabat tinggi pemerintah termasuk Gubernur.

Permasalahan Sampah

Sampah merupakan persoalan lingkungan klasik di perkotaan. Namun, sampai saat ini, masih menjadi masalah yang serius. Di samping rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan, upaya yang dilakukan pemerintah juga belum optimal. Kalau kita lihat di beberapa tempat pembuangan sampah sementara (TPS), pada siang hari masih banyak tumpukan sampah yang tidak terangkut. Belum lagi, berapa banyak anak sungai yang “mati” akibat adanya sampah yang terus menumpuk. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola kota adalah masalah sampah.

Berdasarkan data-data BPS pada tahun 2000, dari 384 kota yang menimbulkan sampah sebesar 80.235, 87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar 37,6%, yang dibuang ke sungai 4,9%, dan tidak tertangani sebesar 53,3%. Di Kalimantan Selatan, dengan jumlah penduduk kota 1.347.527 yang tersebar di 11 kota, cakupan yang terlayani oleh adanya pelayan pemerintah dalam pengelolaan sampah hanya 550.017 jiwa atau 40,8% (Bappenas, 2002).

Masalah Kesehatan

Kawasan yang kumuh dan lingkungan yang tidak hijienis menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Berdasarkan laporan Banjarmasin Post, 23 September 2004, setidaknya ada 4 jenis penyakit yang masih menjadi masalah Kota Banjarmasin, karena selalu ada sepanjang tahun. Demam berdarah, sampai bulan September 2004 telah ditemukan 111 kasus dengan 1 kematian. Diare selalu terjadi sepanjang tahun, setiap bulan selalu ada ditemukan kasus diare dan selalu mengalami peningkatan di musim kemarau.

Penggunaan air sungai untuk konsumsi dan kebutuhan sehari-hari, termasuk membuang kotoran biologis dan non-biologis memicu tumbuh kembangnya kuman penyebab diare. Berdasarkan penelitian Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Banjarmasin pada bulan Mei 2004, menunjukkan adanya kuman tersebut pada badan air sungai maupun air bersih yang menjadi obyek penelitian. TBC, di kota Banjarmasin sampai bulan September 2004 ada 650 penderita dan diobati dengan angka kesembuhan 87,5%. Artinya, masih 12,5% yang tidak tersembuhkan. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat polusi udara ditambah dengan kondisi perumahan yang kurang sehat dan kekurangan gizi cenderung meningkat pada tahun 2004. Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh asap kendaraan bermotor, industri, asap rokok, asap bakaran sampah, asap kebakaran hutan dan lahan, asap dapur, dan lain-lain.

Tata Ruang Kota

Tata ruang kota merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup. Perkembangan kota yang cenderung mengabaikan kawasan hijau kota, berupa ruang terbuka hijau, hutan kota, dan taman kota, sangat disayangkan. Ketiadaan hutan kota yang mestinya dapat berfungsi sebagai penyerap karbon, peredam kebisingan, pengatur tata air, dan peredam kebisingan, makin membuat kondisi lingkungan kota Banjarmasin makin parah.

Pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan kota Banjarmasin yang notabene adalah kawasan rawa sangat berpengaruh terhadap tata air. Akibat adanya pengurukan kawasan rawa menyebabkan kemampuan kawasan rawa sebagai kawasan penyangga yang mampu menyerap air di musim hujan dan mendistribusikannya kembali di musim kemarau menjadi rusak. Saat ini, sudah dirasakan oleh masyarakat kota Banjarmasin di mana terjadi banjir atau genangan air pada musim hujan dan masuknya air laut lebih jauh ke daratan (infiltrasi air laut). Hal ini diperparah dengan tidak tertatanya drainase sebagai pengatur keluar masuknya air. Kawasan industri yang lokasinya berada di bantaran sungai dan di tengah-tengah masyarakat tidak dilakukan penataan kembali. Padahal, hal ini sangat mengganggu bagi kesehatan masyarakat sekitar, misalnya, pabrik karet dan stock file batubara di Pelambuan.

Tidak adanya ruang tempat bermain dan hiburan yang representatif yang dapat dijangkau oleh kalangan bawah merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat stres masyarakat. Di tengah kesibukan kota yang begitu tinggi, orang perlu sarana untuk menuangkan segala emosinya dengan positif sehingga diperlukan sarana hiburan dan tempat bermain rakyat. Areal parkir yang tidak memadai menambah semakin semrawutnya masalah transportasi di Banjarmasin. Banyak bangunan pertokoan yang tidak menyediakan tempat parkirnya sehingga, memakai badan jalan. Hal ini tentunya berdampak pada ketidaklancaran transportasi. Penataan terminal yang sampai saat ini tidak jelas, makin menambah catatan buruk bagi penataan kota Banjarmasin.

Pembangunan perkotaan yang dilakukan masih tidak mengindahkan kaidah-kaidah lingkungan hidup dan penataan ruang kota yang ramah lingkungan. Polusi udara, pencemaran air, masalah sampah, buruknya pengelolaan sungai merupakan penyebab utama berbagai penyakit yang menyerang penduduk kota terutama kalangan bawah. Mesti dilakukan perubahan mendasar paradigma dan kebijakan dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup ke depan di Kalimantan Selatan. Masyarakat mesti mendorong kerja-kerja Gubernur dan para Bupati serta para wakil rakyat yang baru duduk di DPRD, baik Propinsi maupun Kabupaten, agar bekerja lebih optimal dalam membangun “manusia seutuhnya Kalimantan Selatan” dengan bersandar pada aspek lingkungan hidup, sosial-budaya, selain aspek ekonomi.


15 komentar:

Anonim mengatakan...

iya neh...banyak sekali sungai-sungai yg kotor ditambah dengan banyaknya rumah makan yang berdiri dipinggir sungai dan membuang sampahnya disungai. Sungguh memprihatinkan!!

Anonim mengatakan...

Banjarmasin bisa jadi cantik juga loh, coba lihat Banjarmasin Dreamming City pada http://syamjr.wordpress.com

Anonim mengatakan...

Jangan cuma ngomong aja
Pikirkan hal nyata yang bisa dilakukan
Sulit sekali merubah budaya urang banua kita nih.
Pemerintah kurang pro aktif

Anonim mengatakan...

Ulun suah di banjar ,wahini ulun ada di bali . nyaman banar di banjar lah banyak sungai. Ulun suah di tinggal di antasan kecil barat ngarannya kampung arab th 1976-1979 wahini kaya apalah jalan ini kisahilah biar ngobati rindu. wahini ulun ad di Bali

Anonim mengatakan...

Numpang naruh Link ya!!!
Kunjungi blog : banjarmasinbungas.site50.net

Anonim mengatakan...

iya tuh, jaga lingkungan kita juga kota kita Banjarmasin agar jadi bujur-bujur bungas ! jangan buang samapah sembaragan ya! salam dari urang banjar jua......

Anonim mengatakan...

anda punya blog atau tertarik dengan dunia blog, saya undang anda
untuk gabung dengan komunitas blogger kalsel silakan register di
http://kayuhbaimbai.org atau kontak saya di 085251534313/7718393

salam blogger
chandra

Sodikin Nador mengatakan...

ada lagi tentang masalah di banjarmasin . silahkan kunjungi blog ku . terimakasih .
salam blogger

Global Fm Bali mengatakan...

problem semua daerah yang berkembang selalu lingkungan sama dengan di bali . Perlu peraturan tegas yang sifatnya mengayomi sekaligus mampu menjaga lingkungan .karena sejatinya kita semua berhak untuk hidup bersih sekaligus berkewajiban jaga lingkungan

NiarBlog mengatakan...

tuh artinya belum ada kesadrn dari para massyarakat na ,,,,,
walaupun ada kesadaran fasilitasnya yang kga da,...
tuh arty harus ada kesadaran dan perhatian dari pemerintah setempat!!!!!
bnr kga????/?

jazuli mengatakan...

maju kotaku.....terus berbenah...mari kita sumbangkan keahlian dan kemampuan kita utk Banjarmasin

Hipnoterapi banjarmasin mengatakan...

salam kenal....sukses Sselalu ....ditunggu berkunjung ke web saya

Unknown mengatakan...

Kami RAJA PLASTIK INDONESIA menjual berbagai produk plastik termasuk tempat sampah plastik yang dijual ke seluruh kota di Indonesia. Kantor kami berada di Jakarta, Telp : 021-87787043 / 081953841039, atau klik website kami di : www.rajaplastikindonesia.com atau www.tempatsampahplastik.net

Johan mengatakan...

Belajarlah darpada Singapura atau Melaka dalam mengurus sungai.

Rohmatullah mengatakan...

Cukup prihatin juga sih dengan kondisi demikian, sebagai penduduk Banjarmasin saya sendiri kadang tidak habis pikir.